Saturday, June 25, 2005

“Segala sesuatu tergantung bagaimana kita memandangnya”

Baru saja aku bongkar-bongkar “kotak ajaib”ku, mencari bollpoint. Seingatku aku masih nyimpen beberapa bollpoint di situ. “Kotak ajaib”. :). Mungkin pas sebutan ini, meski hanya untuk sebuah kotak kardus kotak sepatu hehe. Tempatku meletakkan beberapa benda lama yang entah napa juga masih saja aku ngerasa sayang ngebuangnya. “Kotak ajaib”. Di sini pula sering kutemukan ‘suatu benda’ yang kupikir sudah entah ada dimana. :). Termasuk secarik kertas loosleaf ini. Sebuah puisi. Aku ingat puisi ini kusalin dari lembar Motto dan Persembahan di skripsi si Retno alMadurii, hehe arek Madura itu maksud`e. :). Lembar Motto dan Persembahan. Tak jarang justru menjadi bagian yang lebih menarik dilihat dan dibaca lebih dulu daripada bagian intinya. Kerna kadang dari sini bisa iseng menebak-nebak “sosok” si penulis. :).
***
Ketika kumemohon kepada Allah kekuatan,
Aku dihadapkan dengan kesulitan agar aku kuat.
Ketika kumemohon kepada Allah kebijaksanaan,
Aku dibentangkan masalah untuk kupecahkan.
Ketika kumemohon kepada Allah kesejahteraan,
Aku dianugerahi akal untuk berpikir.
Ketika kumemohon kepada Allah keberanian,
Aku diantarkan dalam kondisi bahaya untuk kuatasi.
Ketika kumemohon kepada Allah bantuan,
Aku diberi kesempatan.
Aku tidak mendapat semua yang kupinta,
Tetapi aku memperoleh semua yang kubutuhkan
***
Subhaanallah. Satu kesadaran “memaksa” hatiku bertasbih. Betul juga. Betapa sering aku merasa pintaku tak jua berjawab. Ya Rohman, bukankah telah selalu Kau limpahi aku segala yang kubutuhkan.
Metode tarbiyahMu memang sungguh luar biasa. Robb, laa ilaaha illa Anta. Subhaanaka innii kuntu minadzdzoolimiin. Ighfirlii ya Robb… ighfirlii…
SkenarioMu (memang) sungguh luar biasa indahnya ya Rohman. Engkau selalu mempunyai jalan dan cara tersendiri dan sungguh unik dalam mentarbiyah hamba-hambaMu. Segala macam ujian, kesenangan, kelapangan, pun terutama kesusahan, kesempitan, ketakutan, atau apapun itu, yang Engkau berikan pada kami, adalah sarana untuk mendewasakan kami, menjadikan kami untuk lebih baik dari detik ke detik yang kami lewati.
Kami diperlihatkan, dipertemukan dan dihadapkan pada suatu situasi yang ‘menuntut’ kami untuk bisa memanfaatkan dan mengerahkan seluruh potensi yang telah Engkau karuniakan pada kami. Akal, pikiran, hati. Untuk menjawab, menyelesaikan dan atau at least mengambil hikmah dari situasi itu.
***
Ya Rohman…
Beruntunglah orang yang mendapatkannya dan mampu menangkap isyarat yang ada.

***
Robbii auzi’nii an asykuro ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya
wa an a’mala shoolihan tardhoohu
wa ad-hilnii birohmatika fii ‘ibaadikashshoolihiin

*****
Gamping 12.01.1426H
Kala Sunyi Selimuti Hati, Hangat SinarMu Beningkan Qalbu
[Marching Band TK ABA dekat rumah memainkan sebuah tembang masa bocahku “Yo prakanca, dolanan ing (n)jaba. Padang (m)bulan, padhange kaya rina. Rembulanne ne, sing (ng)awe-awe. Ngelingake aja padha turu sore”]


By : Nr_Ang

Monday, June 20, 2005

ternyata???!!!

Di suatu sore, tepatnya satu-setengah bulan yang lalu aku iseng men-down-load sebuah software yang biasa dipergunakan untuk chating, awalnya aku fikir sekedar iseng sajalah mumpung ada fasilitas dan bayarnya ngga terlalu mahal. Setelah kurang lebih satu jam, proses down-load pun selesai dan aku fikir, “ah ngga ada salahnya kalau aku coba…” akhirnya jadilah sore itu, sore pertama buat aku chating dengan fasilitas pribadi alias ngga perlu ke warnet.
Pada saat chating berlangsung, aku bertemu dengan seorang akhwat, nick-name nya (rahasia…lah yaa..) dia begitu baik dan umur kami hanya terpaut beberapa tahun, dari obrolan yang biasa, akhirnya kami sampai ke pembicaraan yang menuju ke arah pribadi, ya aku fikir sah-sah saja kan, toh ‘we didn’t know each other’ begitu fikirku waktu itu. Akhirnya kami memberikan nomor telepon kami masing-masing dan kami berjanji akan sering bertukar cerita baik lewat telepon ataupun lewat e-mail.
Hari-hari selanjutnya hubungan kami berlangsung lebih akrab, ternyata dia sosok yang ramah, juga lucu, berbeda dengan yang aku duga sebelumnya, tapi kadang dia juga bisa sangat dewasa menanggapi masalah-masalah ku. Mmm…buat aku dia adalah sosok yang sempurna. Tapi, mengingat hubungan kami hanya lewat dunia maya, which is phone and e-mail only, aku fikir ya ngga mungkin lah ya………..
Hari pun berganti, e-mail masih sering berdatangan, telpon masih kunjung hadir, tapi… hati ini tak kunjung jemu menerimanya, tak kunjung bosan membaca e-mail darinya, ya Allah… apa gerangan yang terjadi dengan hatiku ??? batinku.
Yang paling aku suka adalah, sewaktu kita bertukar cerita, cara dia berbicara, cara dia bertutur kata, dan dari cerita-ceritanya itulah aku mengambil sebuah kesimpulan bahwa dia sungguh sosok yang menurut aku sesuai seperti apa yang pernah aku harapkan. Dan sepertinya semakin sering aku bertukar cerita semakin bertambah kekagumanku padanya, awalnya aku hanya menganggap dia teman biasa, tetapi…ko’ lama-lama…aku jadi berfikir, mungkin tidak ya, kalau dia aku jadikan calon…mmm…teman-sejati ku kelak.
Aku pun pernah berfikir, sepertinya dia memberi angin kepadaku, tak jarang sikap care-nya jelas tertunjukkan kepadaku, ah.. tapi mungkinkah…..??? hari-hari berikutnya pun datang, saat rasa jemu itu hinggap, betapa menyenangkannya saat itu, aku tidak pernah lagi memikirkan dia, atau menelpon dia, bahkan e-mail yang datang pun kerap aku biarkan, sampai-sampai aku berfikir “ini mungkin akhir hubunganku dengan dia, “ tapi selang beberapa hari kemudian, another e-mail come disusul dengan telepon yang juga hadir, ya Allah… ternyata hal itu cukup untuk mengembalikan riduku hadir kembali untuknya, akhirnya niat yang sudah ku-azzam-kan dalam hati luntur sudah, sungguh aku tak bisa lepas dari perhatiannya, dan tidak bisa kupungkiri, bahwa dia sudah jauh mengisi hatiku.
Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan hubungan ‘maya’ kami, entah sampai kapan atau sampai di mana akhirnya, aku akan terima, lagian aku fikir “selama kami belum bertemu satu sama lain, tidak akan terjadi penyakit hati diantara kami” lha…memangnya kalau begini dibilang apa ya ???
Sebetulnya, aku sendiri pernah berfikir tentang posisi dia di dalam diriku, sebagai apa ya….kadang aku sangat ingin ngobrol sama dia, bayangkan durasi telpon kami bisa sampai kurang lebih dua jam lho….entah rasa apa yang membuat kami senang bicara satu sama lain. Mulai dari kisah-kisah sederhana sampai kisah yang paling menyedihkan atau menyenangkan yang terjadi di dalam hidup kita masing-masing. Setelah dengan itu kami juga tak jemu untuk kembali chating, atau berkirim imel yang bisa dibilang panjang. Dan tidak jarang pula hati kami berhubungan, antara satu sama lain. Baik aku atau dia sama-sama aneh, aku selalu menganggap dia itu teman baikku. Tapi apakah benar hanya segitu….??
Sampai tiba saatnya di mana hari yang aku tunggu tiba, hari dimana aku akan dengan gamblang menjelaskan tentang perasaanku kepadanya, dan aku akan dengan segenap hati siap mendengar apapun perkataan serta jawaban dari dirinya.
Hari itu seperti biasa aku menelpon dia, untuk menentukan jadwal chating kami. Tetapi, ko tidak biasanya dia tidak ada di rumah pada jam-jam biasa aku telpon seperti ini, akhirnya aku tunggu hingga keesokan harinya, aku fikir mungkin dia ada keperluan, ya sudah aku tunggu saja imel darinya fikirku, tetapi…hari berganti hari, hingga sampai bilangan yang ke tujuh aku menghitung hari, baik imel ataupun telpon tidak pernah kunjung datang darinya untukku. Ah…gerangan apa yang terjadi padanya, batinku….rasa cemas sudah mulai menjalar di dalam hatiku, aku sendiri sebetulnya sudah mulai gelisah dengan kondisi hatiku sendiri, aku mulai berdiskusi dengan teman-temanku tentang perasaan galau ini, sampai akhirnya teman-temanku memutuskan bahwa, kalau memang aku sudah yakin bahwa dia itu jodoh yang tepat, maka katakanlah secepatnya dan jangan lagi mengulur waktu, dan memperburuk hatimu.
Maka dengan keputusan yang sudah bulat aku menelponnya, pada hari itu juga, sayangnya sebelum pembicaraan kami berlangsung serius dan sampai pada inti permasalahan sebenarnya, hubungan via kabel itu terputus.
Keesokan harinya aku berinisiatif untuk membuka imel ku, ah siapa tau ada imel baru entah dari dia atau dari rekanku yang lain, kubuka website tempat imel ku bercokol, kuketikkan nama dan password ku, lalu masuklah aku ke dalam mail bok, yang memberitahukan bahwa ada satu pesan yang belum aku baca. Segera saja aku klik pesan tersebut, lalu.......
>assalamu'alaikum wr wb
>alhamdulillah wa syukurillah, aku bisa kembali berada disini, setelah satu minggu lebih aku harus berdiam diri di rumah sakit (kemarin waktu kamu telpon aku baru pulang lho....J ), afwan aku tidak bisa memberi tahukan tentang keadaanku yang sebenarnya, sebetulnya sudah sejak lama aku ingin membicarakan hal ini kepadamu sahabatku, tapi hati ini belum mengijinkan dan rasanya diri ini merasa belum perlu untuk mengutarakannya.
Setengah berdebar rasanya aku melanjutkan membaca imel itu, gerangan apa kalimat selanjutnya, jangan-jangan dia juga hendak mengutarakan hal yang sama seperti yang hendak aku utarakan, wah kalau begitu aku dengan sangat senang menyambutnya, aku akan menjadi seorang suami yang baik, aku janji....batinku sebelum selanjutnya aku meneruskan membaca imel tersebut.
>kamu tau, sejak pertama bertemu denganmu aku merasa kembali menemukan sahabatku yang hilang, yang pernah aku punya sewaktu masa-masa smu dulu. Dan harus aku akui, kamu adalah teman chating yang terbaik yang pernah aku temui, kamu tidak langsung menodong aku dengan pertanyaan bertubi-tubi seperti asl pls, atau yang lainnya, eh jangan gr dulu ya...:)
>tapi justru itu yang membuat aku berani melanjutkan hubungan persahabatan kita, karena aku fikir semua itu kan didasari atas ketulusan hati, bahkan seharusnya didasari oleh kejujuran diantara kita satu sama lain, oleh karena itu mungkin sekarang saatnyalah untuk aku berani berterus terang tentang aku yang sebenarnya (yang sangat penting yang kamu tidak pernah tahu sebelumnya) tanpa harus ditutup-tutupi. Bukankah begitu sebaiknya ???
perasaanku semakin tidak menentu, aku semakin tidak sabar untuk melanjutkan ke kalimat berikutnya, apa sih sebenarnya yang sangat penting yang aku tidak tahu dari dia ??? fikirku.
>kamu tahu, mengapa kemarin aku sampai masuk rumah sakit ??? hayo tebak, kamu pasti kaget deh, atau mungkin terlonjak gembira..... aku kasih petunjuk deh..... kamu akan menjadi seorang uncle......hahaha....surprise !!!! ngga nyangka kan ???
>sebenarnya aku sudah menikah satu setengah tahun yang lalu, waktu itu usiaku baru dua puluh, sangat muda memang tapi aku mencintai suamiku, dan dia pun begitu, kami membina rumah tangga atas dasar cinta karena Allah, sewaktu kandunganku berusia lima bulan, suamiku mendapat beasiswa untuk melanjutkan s2 nya ke luar negeri, karena mengingat usia kandunganku yang masih muda, maka aku ditinggal di sini bersama ke dua orang tuaku.
Dadaku seperti mau meledak rasanya membaca kalimat itu, seperti ada ribuan ton batu menindih relung hatiku, berat sekali rasanya..... tapi apa daya rasa penasaran membuatku kembali melanjutkan membaca kalimat berikutnya.
>untuk menghemat biaya komunikasi antar benua, aku berhubungan lewat internet dengan suamiku, nah.... pada saat itulah aku bertemu dengan kamu sahabatku, sahabat yang selalu menghiburku, yang selalu mengalirkan cerita-cerita lucu, dan selalu memberiku semangat dalam menghadapi masalah-masalah psikologis yang timbul akibat kandunganku (maaf ya masalah yang tidak bisa aku beritahukan sebenarnya waktu itu adalah masalah ini ) dan masih banyak lagi hal-hal lain yang aku dapat dari kamu.
>terima kasih ya, kamu sudah menceriakan hari-hari ku, kamu sudah sangat baikkkk sekali sama aku, nah untuk itu, aku dan suamiku mengundang kamu bulan depan minggu kedua hari sabtu, untuk menghadiri acara aqeqah anak kami, sekaligus suamiku ingin bertemu dan berterimakasih atas semua bantuan moril yang pernah kamu berikan padaku (dia khusus pulang untuk acara itu dan untuk bertemu kamu lho...). kamu mau kan ??? mau dong ya.... aku juga ingin sekali lho bertemu dengan kamu sahabatku. Di dunia nyata tentunya….:)
>sudah ya segitu dulu penjelasan panjang lebar ku, kalau kurang lengkap kamu boleh telpon dan menanyakannya langsung padaku. Aku tunggu kabar darimu sahabatku.
>wassalamu'alaikum wr wb
Dengan langkah gontai kususuri pelataran parkir tempat aku menempatkan motorku, hancur sudah semua mimpi-mimpi yang telah kubangun. Semangat empat lima hangus sudah, rasa sesal sekaligus geli menyusup ke ruang hatiku, untung aku belum sempat jujur fikirku, ya Allah….ternyata !!!

Bidadara friendster

SIANG bolong, matahari memang tidak pernah bisa diajak kompromi, panasnya memekik ngeri. Kurasakan kering kerontang bukan hanya ditenggorokan, bahkan merambah hingga pintu jantungku.
Hari ini pun tidak seperti biasanya, wajahku kusut semerawut, jilbab yang terjulur menutupi seluruh tubuh sudah tidak beraturan lagi, kelibaran kesana kemari. Seragam putih abu abupun kukenakan asal, tidak serapih kemarin. Celaka! Predikatku sebagai satu satunya gadis religi smu terfavorit dikotaku, terancam hilang dalam sekejap mata. “Ah…,Tidak!” Benar benar tak bisa kubayangkan.
“Pak Karna…,Pak Karna…!” Teriakku dari kejauhan, memanggil manggil lelaki setengah baya, beliau mengenakan pakaian yang sudah berumur, sungguh terlihat usang.
Aku berlari menghampirinya, menyusuri lorong gelap sekolah, memastikan langkahku untuk segera tiba menuju suatu beranda yang tiap hari aku kunjungi, Lab internet…,
“Huh…Huh…Huh…”
Aku berusaha menenangkan diri,dan serta merta mengatur nafasku yang masih tersengal sengal.
“Aya naon geulis? Meuni katingal buru buru kitu?”
“Hehe…ah,bapak mah! Sok api api teu terang kitu? Biasa pak…,biasa!”
Pak Karna adalah penjaga sekolah disekolahanku, pemegang kunci seluruh ruangan kelas. Senyum yang tergurat diwajahnya terlihat ramah, sangat khas untuk menandakan kesederhanaannya,dan sesosok figure yang penyayang. Khususnya kepadaku Viani Artalestari, yang sudah dianggapnya malaikat kecil kesayangan.
Ehm, asyiknya! Apapun yang Aku minta,pasti beliau turuti. Pernah suatu hari, tanpa sengaja aku datang terlambat kesekolah. Namun syukurlah, batang hidung Pak Karna telah nampak, menungguku di pintu kecil rahasia, dan yess! Aku tertolong dari kejaran Bu Iceu. Guru piket yang sadis, galak, apabila matanya mendelik, dunia rasanya mau kiamat. Pokoknya nyebelin sesekolahan! Lebih tragisnya lagi, bila memberikan hukuman tiada terkira, bisa gempor, jatuh bangunnya selama seminggu.
“Oh…iyeu atuh Geulis, sik mangga atuh candak, Tapi ulah hilap nya? Sajamna lima rebu rupiah,bageur.” Ujar pak karna ramah,sambil menyodorkan kunci lab internet kepadaku.
“Ah…,bapak mah sok ngabodor wae, hatur nuhun nya pak?”
jawabku sembari memperlihatkan senyuman manja dan lirikan mata yang cukup menggoda.

***

LAB internet yang berada diarea sekolahku, letaknya cukup jauh dengan ruang kelas yang lain. Lokasinya paling ujung, bersebelahan dengan toilet anak anak perempuan.
Fuihh…,bisa kebayang situasinya seperti apa? Namun aku tidak mau memusingkan semua persoalan yang cukup pelik itu, yang penting udah gretongan itu sudah cukup! Lagipula bila setiap hari aku harus mampir warung internet, uang jajanku bisa ludes terkuras, untuk sesuatu yang tiada berguna.
Biasanya Aku mengunjungi lab itu, ketika siang hari, sehabis pelajaran berakhir…, dikala arus siswa siswi lowong melompong, dan tempat sudah tak terpakai lagi, sunyi senyap merayap…,
Tidak aneh lagi, yang pertama kali aku buka hanyalah situs www.friendster.com, selain #MIRC…, justru karena friendsterlah, yang akhir-akhir ini meradang di kalangan remaja, Aku jadi rajin ke lab internet…,
Dasar demam friendster!!!

***

JARI jemari ini, kurasakan semakin lincah, menari nari diatas keyboard komputer : viani_artalestari@yahoo.com , password -----,
Log-in klik !
Hatiku masih berada dibawah alam kebimbangan, semua rasa bercampur jadi satu bak gado gado yang sudah menyatu dalam perut kosong. Bagaimana via tidak bimbang? Sudah sebulan ini, Aku sering dikejutkan oleh pesan pesan cinta dari seorang cowok misterius, yang meng-invite diriku suatu hari. Tiada identitas yang jelas dari lelaki itu, fotopun tiada. Dia hanya mengaku teman satu sekolahku dan ‘secret admirerku’ sedari dulu.
“Hah?!?...,Secret admirer???”
Aku hanya memekik geli, seolah tak percaya bahwa ada seseorang yang diam diam mengagumiku.
“ Plis deh…,Viani githu loch, mana ada pengagum rahasiaku!”
Dalam pikiranku hanya terlintas sebuah nama, Adjie Kusuma, anak 3 IPA 2. Karena hanya dialah teman cowok satu satunya yang aku miliki. Seluruh penghuni sekolah mengetahui bahwa kami sahabat sejati, bagai mata rantai yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. dimana ada Aku, disitu pasti ada adjie. Ck,kayak gula dan semut yah?
Adjie, orang yang paling jail yang pernah Aku temui, tinggi, putih, bersih, proposional, dia atlet baseball tingkat nasional, selalu jadi uberan cewek cewek penggoda disekolah. Namun terkadang Aku risih melihat kelakuan Adjie, cenderung kelewat batas.
“ukh…Dasar bodoh! Sama gatelnya meladeni cewe cewe itu”
Lantas siapa cowok misterius yang ada dibalik friendster???
“Oh…MG (Oh..My God..)!!!”
Inbox messageku penuh dengan kata kata yang membuat aku bergidik ngeri. Aku tutup mataku rapat sekali, tanpa berani menatap. Namun akhirnya, ku kumpulkan seluruh keberanianku, kubuka mata lebar lebar, dan perlahan aku mulai melahap tuntas setiap kata yang tertera…,

Ketika baratku tersenyum…
Kumeraba hatimu,adakah namaku disitu ?
Aku ingin tertawa,untuk sesuatu yang berharga
Betapa secercah cinta hadir dipelupuk asa!

Aku memilikimu,
Dan itulah mutiara yang aku dapat

Aku kan terus coba memahamimu,
Hingga senja,tlah lenyap dari barat!
-end-

Via…kau tlah sapukan kabut dalam mataku,
Kau tlah jauhkan mendung dari dasar hatiku,
Ingin kurengkuh bayangmu nun jauh disana?
Ingin kutepis sgala angan yang ada,
Namun apalah daya…kuhanya insan biasa!
-end-

selebihnya,masih ada 38 pesan lagi pesan buaian lain yang dikirimkan cowo misterius itu kepadaku.
“siapa sih ni orang?? Ga ada kerjaan lain apa? Truz maunya apa?”
Sesaat Aku mengernyitkan dahi, dan berharap mendapatkan seberkas jawaban atas teka teki yang aku temui.
“Doorr!! Hey, non..,jangan ngelamun aza…,ntar kesambet loh!”
“yey… sapa yang ngelamun? Lagian masuk gak ketuk dulu, sopan yah? Truz mo ngapain kesini??”
“ya mau on-line lah, emang ini lab, punya eyang loe??”
Lomba debat kembali dimulai, Aku dan Adjie memang selalu begitu, kerap kali kami bertemu, kayak kucing dan anjing.
“djie…,cowok itu kirim pesan lagi.”
“cowok yang mana maksud loe?”
“yang di friendster djie…,cowok misterius itu?? Gw takut djie.”
Adjie tampak iba mendengar ungkapanku yang naas itu. Yah, meskipun kadang kala adjie terlihat jengkel dengan sikapku yang katanya selalu nyeleneh, lain daripada yang lain. Aku itu gadis yang unik, pikirnya. Bagaimana tidak unik? Disekolah hanya aku yang memandang sesuatunya dari segi agama. Genggaman tangankupun tidak pernah terlepas dari Rahma, gadis kutu buku, berkacamata tebal, rambut hitam legam, panjang dikepang dua, udik banget deh! Namun baik hati, selalu menemaniku sebagai penengah, bila Aku sedang bersama adjie. Kasihan Rahma, selalu jadi kambing conge. Habis mau gmana lagi?
Aku pasti protes kalau rahma tidak mengiringiku. kalau hanya jalan berdua dengan adjie, kan bukan muhrim! takut terjadi hal hal yang ‘diinginkan’,he. Lagipula Aku takut kalo nantinya adjie berbuat yang macam macam padaku, bisa fatal!!!
“Hah?!? Maksudnya apa??” Adjie hanya ternganga mendengar pernyataanku yang semakin ngelantur itu. Adjie menatapku bulat bulat, dengan lirikan matanya yang khas, terkesan dingin! Dan memamerkan wajah jayusnya. Dasar miss fanatik!!! Ga Banget deh!!! Adjie berdelik ilfil kearahku.

***

BEBERAPA minggu berlalu, Aku masih dikejutakan dengan teror teror dari lelaki di balik friendster misterius itu.
“Ehmmm…,dasar cowok ceroboh bin pikun! Lupa Log-out dari friendster ndiri”
Gumamku dalam hati, tanpa sengaja membuka friendster milik sahabatku, Adjie. Namun entah kenapa, aku dipicu oleh rasa penasaranku yang semakin menggilai untuk segera membongkar seluruh isi friendster itu. Tanganku yang gatal langsung menyerbu keyboard komputer dan meraih mouse disebelah kanan komputer, dengan asyiknya Aku lalu mengotak atik seluruh isi friendster itu.
“AstaghfirullahalAdzim…,penggalan puisi itu??”
Aku tersentak kaget, ketika menemukan sebagian penggalan teror puisi cinta,yang sering Aku dapatkan ada di friendster itu. Putaran waktu seakan berhenti mendadak seketika itu juga, nafasku sesak, dadaku pengap! cowok misterius itu, ternyata….???

Bandung, Maret 2005

Catatan :
Aya naon, Geulis? : Ada apa, Cantik?
Meuni katingal buru-buru kitu : Kok terlihat buru-buru
Sok api-api teu terang kitu : Suka pura-pura tidak tahu
Oh, iyeu atuh geulis : Oh, ini, Cantik
Sok, mangga atuh candak : Silahkan saja ambil
Tapi ulah hilap nya? : Tapi jangan lupa, ya?
Sajamna lima rebu rupia : Satu jamnya lima ribu rupiah
Ngabodor wae : Suka becanda
Gretongan : Gratisan

Ketika "Cinta" dikalahkan Cinta

" Ma'af Dit, aku tak bisa ". Suasana seakan tak ada kehidupan, hanya terdengar suara lembut angin yang menusuk pori-pori kulitku. Bukan karena kesunyian yang membuatku terpaku, tapi....
" Dit, anterin ke gramedia yuk ? " suara itu telah menjemputku dari dunia lamunan.
" Eh....siang bolong gini bengong, entar kesambet loh ". Aku hanya membalas dengan senyuman. Hasan, dialah sahabat baruku yang kukenal
dikost ini yang telah membawaku pada perubahan. " Yuk ! " jawabku singkat.
Dalam perjalanan tak henti-hentinya Hasan menggodaku yang dari tadi hanya diam. " Lagi mikirin apaan sih Dit ?, ngelamun mulu ntar cepet tua loh......" mata melotot dan kerut keningnya adalah ciri khas ketika sedang meledekku. " Ga ada apa-apa " hanya senyuman yang terakhir dari kata itu.
" ooo......ya udah klo ga mau cerita ".
Dua bulan sudah kenanganku terkubur, namun kini entah kenapa muncul kembali setelah kemarin malam memimpikan dirinya. Kesunyian malam dan dinginnya malam tak lagi kurasakan karena hangatnya sinar rembulan mulai menemaniku malam itu untuk mengingat kenangan masa lalu. Entah mengapa mata ini sulit kupejamkan, seakan-akan didepanku hadir sesosok wanita yang tak asing bagiku. Dia melambaikan tangan dan bercanda ria dengan temannya.
Dialah gadis yang telah membangunkan cintaku. Sebut saja Rani, dia adalah sahabat Tari teman kampusku. Orangnya asik, mudah beradaptasi dengan teman baru walaupun aku sendiri agak canggung dengan yang namanya perkenalan dengan wanita. Perkenalan trus berlanjut, aku mulai memberanikan diri tuk mengajak dia jalan dan terkadang dia yang memintaku untuk mengantarkannya yang hanya sekedar mencari boneka. Kecanggunganku mulai sedikit hilang ketika dia mulai bercanda denganku dan mulai meminta pendapatku tentang masalah yang dihadapinya. Entah mengapa ketika bersamanya aku seakan-akan menemukan kebahagiaan yang selama ini telah hilang dalam hidupku. Ketika senja tiba, kuingin cepat menggantikan rembulan dengan matahari jika kubisa. Hari demi hari dia tak luput dari pikiranku, walaupun dia bukan satu kampus denganku tapi dia selalu menghubungiku via telpon dan itu membuat rasa rinduku terobati.
*~*
HPku berdering dan kuraih dengan malasnya, " siapa sih pagi-pagi gini ganggu orang yang lagi enak bermimpi " gumamku.
" Halo, Dit " suara itu tak asing lagi ditelingaku.
" Ya halo, ada apa Ran ? " kontan semangat dipagi itu timbul seketika mengalahkan sisa kantukku.
" Dit hari ini ada acara ga ? "
" mmm... kebetulan minggu ini ga ada acara, emang kenapa ? "
" Anterin aku jalan yuk ! " suara manjanya mulai muncul. Aku tersipu mendengar kata-kata itu dan tanpa pikir panjang kuterima ajakannya.
" Ayuk...yuk..., emang mo kemana ? "
" Semangat banget sih, anterin aku cari kado buat keponakanku trus anterin kerumahnya, mau ga ? "
" Boleh...buat kamu apa sih yang ga bisa " entah dari mana aku belajar bergombal terhadap wanita, padahal aku tipe cowo yang sulit berkomunikasi
dengan wanita.
" Ya udah nanti jam 09.00 jemput aku dirumah yah ! daaa... " tut...tut...tut...
Huuuu....... kurebahkan kembali badan ini dengan kegembiraan hati yang terpancar dipagi hari. Tak biasanya aku menyapa sang surya yang menebarkan
kehangatan sinarnya yang memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Kegembiraan itu tak akan pernah kuhapus dalam memori kehidupanku.
*~*
Minggu itu aku menjemputnya sesuai permintaan dan aku mengantarkan mencari hadiah untuk keponakannya. Hampir semua toko mainan kami jelajahi dimall itu, tapi tak satupun mainan yang cocok untuk kami beli. Hampir kami putus asa, tapi keputusasaan itu hilang setelah kami melihat sebuah kotak yang berisi boneka yang paling disukai keponakannya. Tanpa ragu kami langsung menuju toko tersebut dan membelinya. Rasa capek, kantuk dan lelah telah menjadi satu, tapi perasaan itu entah mengapa terasa tak begitu pengaruh pada diriku. Sebelum pergi kerumah keponakannya, kami sempatkan untuk beristirahat dicafe dekat kami membeli boneka.
" Akhirnya setelah sekian lama kita mencari ........ fhuuuhhhh ! "
" Sok puitis deh ! " ledeknya sambil tersenyum kecil.
" Eh Ran mau makan apa ? "
" mmm .... aku ga makan deh " jawabnya singkat, mungkin rasa lelah telah menbuatnya kurang berselera makan.
" Ya udah klo gitu aku pesen minuman aja yah ? "
" Ok ! "
Sambil minum kami cerita dan saat itu entah mengapa hati ini mendapat dorongan untuk mengatakan sesuatu padanya.
" mmm......Ran, aku boleh mengatakan sesuatu ga ? tapi .... kamu janji jangan marah yah ? " rasa ragu mulai menyelimuti hatiku, tapi daya dorong ini semakin kuat.
" Tergantung " senyuman dibibirnya membuatku terpaku memandangnya. " Bicara aja lagi Dit, aku ga marah asal jangan bilang kalau kamu ga bisa anterin aku kerumah keponakanku, soalnya dari sini kan lumayan jauh dan aku udah capek "
" Bukan .... bukan itu, aku pasti anterin kamu kok ! "
" Trus apa dong ? jangan bikin Rani bingung deh "
" mmm ...... Ran mungkin aku konyol mengutarakan perasaan disaat seperti ini, tapi aku tidak bisa membendungnya lagi " ku beranikan tuk memulainya.
" maksudnya ? " kerut keningnya dan tatapan tajam tak luput dari penglihatanku.
" Ran ..... a ... aku mulai suka sama kamu " ku gigit bibir bawahku dan kutundukan pandangan. Tak berani kutatap wajahnya, aku takut melihat ekspresi
wajahnya setelah aku mengatakan hal itu.
Lama tak terjadi kontak bicara diantara kami. Tapi tak lama kemudian .....
" Dit, aku ngerti perasaan kamu, aku jadi merasa bersalah terlalu berlebihan dalam bergaul denganmu sehingga kamu berpikir bahwa selama ini penerimaan ajakanmu dan permintaan untuk mengantarku adalah atas dasar rasa suka padamu. Aku menganggap kamu sebagai sahabatku yang baik yang telah lama kucari selama ini. Kamu mau mendengarkan keluhanku dan menasehatiku. Jadi tak mungkin aku menerimamu sebagai pacarku, aku tak mau kehilanganmu Dit, sebab didalam pacaran ketika rasa cinta telah pudar maka kebencianlah yang berperan dan hal itu tak mau terjadi pada hubungan kita Dit. Jadi aku mohon padamu jadilah sahabatku bukan pacarku. Ma'afkan aku Dit, kamu bisa ngertikan perasaanku ? " penjelasan itu diakhiri dengan senyuman manisnya. Kuberanikan menatap wajahnya walaupun jeritan dan tangisan hati silih berganti. Kubalas senyumannya dan kuberanikan mengomentari.
" Ya sudah kalau itu memang pendapatmu, aku kan coba tuk nerimanya " kupaksakan bibir ini untuk senyum.
" Eh Ran udah sore nih, ntar kemaleman lagi kerumah ponakanmu " cepat kuganti pokok pembicaraan agar rasa sedih ini tak berlarut.
" Kamu ga marah kan Dit ? " dia menarik lenganku yang sudah siap berdiri. Kuanggukan kepalaku dengan senyuman yang berat dibibir.
Dalam perjalanan kerumah keponakannya hingga kembali kerumahnya tak satu katapun aktif keluar dalam bentuk pertanyaan ataupun canda. Hanya sedikit komentar dari setiap kata-kata yang dia berikan.
*~*
Kuayunkan langkahku menuju pintu kamar kostku. Berat, bukan berarti karena aku lelah atau rasa kantukku, tapi setelah kejadian siang tadi kebahagianku
sedikit mulai hilang. Kulihat sebelah kamarku ada kehidupan diwarnai terangnya lampu. " Ada pendatang baru " gumamku tapi tak kupedulikan.
" Assalamu 'alaikum " seketika aku berbalik dengan rasa kaget karena aku sedang mencari kunci kamarku diselingi dengan bayangan-banyangan kejadian siang tadi.
" Ya....Waalaikum salam "
" Ma'af kalau saya mengagetkan kamu, saya Hasan orang baru disini, salam kenal ma'af nama kamu siapa ? "
" nama saya Adit, ma'af yah saya capek jadi nanti aja perkenalannya "
" Ma'af kalau saya menganggu " Senyuman dibibirnya menggambarkan ketulusan hati.
Tanpa ragu ku buka pintu dan segera kututup. Ada sedikit perasaan tak enak pada Hasan karena pembicaraanku tadi yang kurasakan kurang enak didengar, tapi aku membuang perasaan bersalah tersebut. Malam semakin larut tapi kedua bola mataku tak kunjung juga mengantarku pada alam sana. Terdengar suara kehidupan dalam kamar Hasan. Dengan penuh penasaran kuberanikan mengetuk pintu kamarnya sekalian aku mau minta ma'af.
" Ada apa Dit ? " senyuman itu begitu sejuk dipandang.
" mmm... ga, kamu belum tidur San ? "
" Belum, aku tidak bisa tidur malam ini, entah mengapa mungkin karena aku masih baru kali yah dengan suasana baruku ini "
" ooo...." jawabku singkat
" Ngomong-ngomong ada apa nih Dit ? emangnya kamu juga ga bisa tidur ? "
" Aku mau minta ma'af karena jawaban perkenalan tadi tidak mengenakan "
" Ga apa-apa Dit, aku ngerti kok kamu kan tadi baru datang pasti rasa lelahmu yang membuat kamu bersikap demikian "
" Wah nih orang sabar banget, kebijakan dalam berkata bikin kagum setiap orang yang mendengarkan " gumamku dalam hati.
Akhirnya aku ngobrol malam itu mulai dari perkenalan sampai dengan pengalaman.
Setelah kejadian malam itu aku semakin dekat dengan Hasan. Tak jarang aku minta pendapat tentang masalah yang sedang kuhadapi. Setiap katanya mengandung makna yang begitu indah bagaikan penyair yang menyampaikan risalah lewat kata-kata bijaknya.
" Dit, rasa cinta itu fitrah. Setiap manusia yang normal pasti akan merasakannya, tapi tergantung kita dalam pengembangan cinta tersebut. Cinta kita kepada lawan jenis atau hobby kita boleh-boleh saja, tapi jangan sampai rasa cinta tersebut mengalahkan cinta kita padaNya "
" Sulit San, hati ini sudah terlanjur suka sama dia. Sekarang alur hidupku saja entah kan kubawa kemana, semuanya serba kebingungan dan saat kuambil keputusan selalu saja kutemui jalan buntu "
" Dit, cinta itu tak harus memiliki dan cinta tak bisa dipaksakan. Jika kita memang mencintai seseorang, kita kan merasa bahagia jika dia menemukan kebahagiannya, walaupun kebahagian itu tidak ditemukan pada diri kita, kita harus ikhlas. Dit, sekarang mengadulah kepada Allah. Mohon petunjukNya untuk membimbing kebimbangan dalam menjalani hidupmu dan jangan terlalu dipikirkan sebab kamu tau sendiri kan bahwa kamu punya penyakit kanker " Hasan memang benar penyakit yang kuderita selama ini tak lagi kupikirkan. Padahal entah esok atau lusa bahkan mungkin hari ini jika Allah berkenan mengambil nyawa ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kuingat pesan Hasan yang masih terngiang dalam benakku " Sesungguhnya setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, jadikanlah ini salah satu prinsip dalam menjalani hidup agar selalu ingat padaNya ". Bergetar seketika seluruh tubuhku entah apa yang terjadi padaku saat itu. Tanpa pikir panjang ku basuh setiap bagian tubuhku dengan air wudhu untuk mengadukan masalah ini pada Penguasa alam semesta.
" Ya Allah, betapa besar dosaku selama ini. Cinta yang kau berikan telah aku salah artikan. Begitu halusnya iblis membisikan arti cinta itu hingga kabut cinta duniawi telah menghalangi arti sebenarnya cinta. Ya Allah, andaikan cintaku padaMu sebesar cintaku padanya bahkan lebih dari itu. Sungguh aku sangat menginginkan hal itu sebelum Kau memanggilku. Ya Allah jadikan cintaku padaMu begitu besar hingga ku tak takut akan kematian bahkan kematian menjadikan gerbang menuju kerinduan menghadapMu " tak terasa air mata penyesalah telah membasahi pipi dan sajadah. Hatiku sedikit lebih sejuk dan tenang dan tak terasa keseimbangan tubuhku mulai tak stabil dan akhirnya aku tersungkur dalam sujud.
*~*
" Dit, berangkat kuliah ga ? " Berulang kali Hasan menanggil Adit, tapi tak ada sahutan dari dalam. Hasan memberanikan diri untuk masuk kekamar Adit dan ternyata pintunya tidak terkunci. Dia melihat Adit dalam keadaan sujud dan dia berpikir mungkin dia kesiangan shalat subuhnya. Setengah jam sudah dia menunggu dikasurnya, tapi Adit masih dalam keadaan bersujud. Hasan mulai penasaran dan mulai mendekati Adit, dia coba sedikit menggoncangkan tubuh Adit dan......." Astagfirullah.......Dit....Dit.....Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, insyaAllah kau telah mendapatkan arti cinta yang sebenarnya. Semoga kau tenang diSisiNya ".



kiriman dari: TV (inisial aje yee... hehehe )